Terminal ini memang belum ”kinclong”. Lantainya belum diganti pualam, juga tidak ada pusat perbelanjaan seperti di negara maju. Namun, yang terpenting, terminal ini fungsional dan ”wajahnya” semakin ramah dengan teknologi.
Calo, apalagi copet, makin sulit dijumpai, tidak seperti dua tahun silam. Sementara profil pelaku kejahatan telah didokumentasikan. ”Jika pelaku tertangkap kamera, kami langsung usir,” kata Kepala Unit Pengelola Teknis Terminal Purabaya May Ronald, ditemui pekan lalu.
Purabaya atau biasa disebut Terminal Bungurasih terus berbenah. Saat ini dibangun ruang tunggu berlantai dua berukuran 15,5 x 51 meter di sisi timur dari ruang tunggu lama. Nantinya para penumpang tak perlu bertemu awak bus, tetapi langsung menuju pintu-pintu masuk bus melalui jembatan penumpang sesuai jurusan yang dituju.
”Setelah ruang tunggu jadi, awak bus diminta pergi dari Purabaya. Tiada lagi ’calo’ berseragam karena kami akan mendirikan loket perusahaan otobus,” kata Eddi, Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
Bila Anda sering ke terminal, memang tiada yang lebih menyebalkan dari ”calo” berseragam. Sebab, begitu memasuki areal terminal, para ”calo” segera menarik-narik penumpang, mengarahkannya ke bus-bus, yang mungkin tak ingin dinaiki.
Maka, selain ruang tunggu, jalur bus juga ditata secara terintegrasi. Dari 7 jalur bus, segera ditambah menjadi 19 jalur bus. Gedung parkir juga akan dibangun di selatan terminal, menampung sepeda motor di lantai atas dan mobil di lantai bawah.
Namun, tanpa menunggu ruang tunggu dan jalur rampung, terminal ini telah mempersenjatai diri dengan papan digital berukuran besar yang berisi jadwal bus. ”Untuk terminal bus kelas A (kelas terminal tertinggi), fasilitas papan digital baru ada di Purabaya,” kata Eddi.
Papan digital itu, bahkan, tak hanya memuat informasi jam keberangkatan, nomor kendaraan, nama perusahaan, dan nomor jalur, tetapi juga tarif batas atas dan bawah. Jadi, siapa butuh tim pemantau harga tiket? Karena penumpang dapat mengontrol sendiri harga tiketnya.
Menggantikan Terminal Joyoboyo (dekat Kebun Binatang Surabaya) sebagai terminal bus antarkota sejak tahun 1991, Terminal Purabaya kini berkembang sebagai pusat transportasi darat di Jawa Timur.
Namun, revitalisasi Purabaya memang dibutuhkan. Lebaran 2009, misalnya, volume penumpang tertinggi saat mudik mencapai 73.000 orang dan pada arus balik sebanyak 90.000 orang dengan 1.600 bus per rit.
Pemerintah Kota Surabaya memang tak main-main. Dalam lima tahun, dialokasikan dana Rp 50 miliar untuk revitalisasi Purabaya. Tahun 2009 sudah cair Rp 5 miliar dan tahun ini dikucurkan Rp 7,5 miliar.
Konsep Terminal Purabaya juga sangat serius mencontoh Bandara Internasional Incheon di Seoul, Korea Selatan. Lima tahun terakhir, Incheon memang menyabet predikat bandara terbaik di dunia. Dan, menjadi rahasia umum bila puluhan pejabat di republik ini telah hilir-mudik studi banding ke Incheon.
Bagaimana dengan urusan keselamatan di jalan raya? Tak usah khawatir. Tiap bus yang masuk Purabaya dipastikan layak jalan dan berizin trayek. Katakan izin operasi berakhir, maka sirene mesin radio frequency identification—yang memindai kartu pintar—akan langsung ”berteriak” memberikan peringatan.
Pemudik asal Surabaya, Anda boleh bangga dengan Purabaya. Bagaimana dengan pemudik dari kota-kota lain? (KOMPAS)
Pic For Terminal Purabaya
Jadwal Pemberangkatan Digital |
Ruang Tunggu |
Jalur Penumpang Menuju Bus |
Mirip Koridor Busway |
Gedung |
Design |
Design |
Ruang Pemantau |
Vending Machine |
Vending Machine |
No comments:
Post a Comment