Thursday, December 2, 2010

Rojkind Arquitectos : National Archive Museum - palacio de lecumberri

MERANCANG BANGUNAN BARU dengan EKSISTING BANGUNAN BERSEJARAH
tugas mata kuliah Pelestarian Arsitektur

Jika kita bicara mengenai pelestarian arsitektur di Indonesia, selalu terkendala dengan yang namanya "cost" dan paradigma pola pikir kita yang menganggap barang lama sudah "out date" dan masyarakat lebih menyukai hal-hal yang berbau "brand new". So, banyak gedung-gedung lama bersejarah tidak terawat (kalaupun terawat dijadikan wisata mistis) bahkan di demolisi untuk diganti yang baru. mungkin banyak juga yang tetap dipakai dan dirubah fungsinya menjadi FO (factory Outlet), namun banyak elemen bangunannya yang dirubah secara ekstrim sehingga aspek sejarahnya hilang.
Pelestarian arsitektur di Indonesia tidak akan berjalan dengan baik jika pemerintah masih saja tidak tegas terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di daerah konservasi. namun pemerintah juga harus memberi kompensasi yang sepadan untuk pemilik bangunan. kalau tidak, tetap saja bangunan lama tersebut akan berubah. karena kebanyakan pemilik bangunan berpikir " buat apa bangunan lama dipertahankan? lebih baik dihancurkan dijadikan FO atau Mall bisa dapat untung lebih banyak". Padahal kalau kita mau, bangunan-bangunan tua yang ada di Indonesia ini bisa meningkatkan potensi wisata yang ada. seperti di Prague (Chezch Republic), Luang Prabang (Laos) yang oleh UNESCO dijadikan heritage city dunia karena kondisi bangunan tuanya yang masih terawat dengan baik, Venesia (Italy) dan sebagainya.
 Intinya kalau negeri ini memang ingin melestarikan bangunan tuanya, yang harus diatur dengan baik adalah POLA PIKIR masyarakat, regulasi, lalu UANG. sebagai penutup, berikut ini ada contoh bentuk pelestarian arsitektur di Mexico dengan menambahkan bangunan baru pada bangunan lama. cekidot!

'lecumberri national archive museum' by rojkind arquitectos in mexico city
all images courtesy rojkind arquitectos
 mexico-based practice rojkind arquitectos has sent us their design proposal for the country's
national archive museum which is housed in the palacio de lecumberri, a former prison in
mexico city. since its inception in 1882, the prison has gone through a number of expansion
and transformation, resulting in a structure similar to an old canvas that has been painted
over and over again. the proposal aims to restore the building in a manner that is largely
true to the idea of its vanguard prison origin, while still bringing in new elements that would
provide for the new cultural and research facility. 

view from green terrace
the design proposes to restore some of the original dimensions of the building and bring back
a 19th century prison layout concept that lorenzo de la hidalga originally proposed in 1882:
the panopticon. the concept refers to a radial layout of the cells which allows the observer to
look out at the prisoners without the latter being able to tell whether they are being watched or not.
usually consisting of a central tower or control station, the design utilizes this advantageous
point to provide the visitors with a clear outline site of the history of mexican society,
keeping the most evocative spaces free from distractions.

view of central space
the heart of the museum acts as the collective hub for the circulation of the project.
featuring ramps and connections to the rest of the building, it remains open to the exterior,
acting as an exposed atrium space with sightlines to different levels and activities throughout.
the programs and facilities of the museum are housed in the residual spaces, leaving the
star-shaped concourse for circulation purposes while allowing for a clear reading of the original building.

central space

view of museum

museum courtyard

view of physical and digital reference hall

view of document research hall
bird's eye at night

rendered top view

conceptual board
illustrating the evolution of the building

project phasing

building program: ground floor

building program: basement level

ground floor plan

basement floor plan

(left) ground floor plan of entrance
(center) basement floor plan level -2.80
(right) basement floor plan level -7.80

(1) reference and digital consultation hall
(2) children's archives, center for history education
(3) cafeteria
(4) b0ook store
(5) restrooms
(6) mixed spaces
(7) auditorium
(8) library
(9) connections


document exhibit area

long building section

museum component section

physical model
 project info:

design principal: michel rojkind halpert
printipal: gerardo salinas van orman
project team: alonso de la fuente obregón, rafael cedillo sánchez,
daniela bustamante quiroz, yasser r. salomón espinoza,
alejandro argumedo reyes, carlos a. ríos limón, tere levy chomer,
andrea león cruz, monique rojkind halpert, filiberta cervantes sanluis
architectural historian consultant: rafael ricardo fierro gossman
museography consultant: patrick gallagher
urban planner: arturo ortíz struck
design computational consultants: (kokkugia) roland snooks,
robert stuart smith, faysal tabbara tyson hosmer
structural engineer: (studio NYL) chris o'hara, julian lineham
physical model: a. hazael ortiz ramos, crystaline l.a.
industrial design: (agent) alberto villareal bello, víctor lópez alemán,
isaac smeke jaber, enrique fernández de la barrera
graphic design: fhilipp navarro garcía, ernesto moncada


Dari preview di atas diketahui bahwa museum ini akan dibangun di tapak dimana terdapat bangunan eksisting bangunan cagar budaya yang memiliki nilai konservasi 1. Bangunan baru (museum)  yang dihadirkan dalam satu kompleks dengan bangunan eksisting adalah bangunan sisipan atau yang disebut sebagai insertion.  Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah bangunan baru harus memperkuat dan meningkatkan karakter lingkungan dan memelihara pola-pola visual setempat.
 Jika kita mengacu pada Norman Tyler dalam bukunya Historic Preservation, Museum Arsip Nasional ini menggunakan pendekatan perancangan compatible contras . Bangunan insertion-nya berada di dalam bangunan lama yang merupakan bangunan kosevasi dimana fasad harus diperlihatkan agar terlihat sisi sejarahnya. Pada perancangan ini gubahan masa disesuaikan dengan bangunan lama, namun komposisi hubungannya dibuat kontras.
Elemen yang dipertahankan material dan bentuk bangunan penjara serta konsep rotunda. Sedangkan relasi antara bangunan lama-baru adalah bentuk dan pola radial. Tinggi bangunan menyesuaikan dengan tinggi bangunan rata-rata. Untuk sempadan bangunan,  degradasi bangunannya sama dengan bangunan eksisting disekitarnya. Bentuk figure ground tidak jauh berbeda dengan bangunan eksisting lama.
Untuk tampilan bangunannya, museum ini menggunakan material yang berbeda dari bangunan eksisting dan bangunan sekitar hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan fungsi yang berbeda dari sebelumnya dimana dulunya berfungsi sebagai penjara, dan sekarang menjadi museum dan pusat penelitian, serta merepresentasikan arsitektur kekinian. Terutama pada bagian ruang utama/pusat. Sedangkan pada bagian physical and digital reference hall dan document research hall beberapa material lama tetap dipertahankan karena bangunan lama tidak dihancurkan.
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, ada banyak cara untuk merancang bangunan baru di kawasan konservasi. Dengan menambah bangunan baru bukan berarti kita harus merancang bangunan yang sama persis untuk bisa dikatakan kontekstual terhadap lingkungan. Kita tetap bisa merancang bangunan yang memiliki sifat kekinian namun masih kontekstual dengan lingkungan.
Dengan menambahkan bangunan baru y dan tidak menghancurkan bangunan lama akan menambah  kekayaan langgam arsitektur di lingkungan tersebut. Hal tersebut juga mennunjukkan bahwa bangunan baru bisa selaras dengan bangunan lama. Selain itu dengan adanya bangunan baru dan fungsi baru pula akan meningkatkan fungsi dari bangunan lama yang ada. Jika sebelumnya bangunan lama tersebut hanya sebagai monumen belaka, dengan adanya bangunan baru dan fungsi baru didalamnya bangunan lama tersebut kembali memiliki aktifitas.

No comments:

Post a Comment